Saturday, November 8, 2008

serial penjelasan hadits arba'in hadits 20

Pengajian hadits
Masjid al-falah
2 agustus 2008

Hadits yang ke 20

Rasa Malu

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ (عقبة بن عمرو[1] رضي الله عنه)
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
Dari Abu Mas’ud R.A telah bersabda nabi S.A.W sesungguhnya dari apa yang diketahui manusia dari perkataan nabi : apabila engkau tidak malu maka kerjakanlah apa yang engkau inginkan.. H.R.Bukhari


Penjelasan :

Yang dimaksud dengan yang diketahui manusia dari perkataan nabi adalah peninggalan perkataan para nabi pada umat-umat terdahulu dan ditetapkan dalam syari’at Islam.
Perkataan ini tidak dimaksud secara lahirnya. Akan tetapi gaya bahasa ini adalah ancaman dan peringatan seperti perkataan orang tua kepada anaknya yang malas dan tidak mau belajar “ya udah, gak usah belajar” hal ini tidak dimaksudkan zhahirnya akan tetapi adalah sebagai ancaman bagi anak itu..
Orang yang tidak mempunyai rasa malu maka ia akan melakukan yang ia inginkan dan tidak akan menghiraukan apapun.
Pelajaran dari hadits ini adalah bahwa rasa malu adalah bagian syariat-syariat terdahulu.
Seorang manusia hendaklah menjadi orang yang jelas dan terbuka, apabila ada suatu hal yang tidak perlu sikap malu maka kerjakanlah selama itu tidak ada kemafsadahan (pengrusakan).

Adapun hadits –hadits yang berkaitan dengan hadits ini:

Dari Zuhri dari salim dari bapaknya (Abdullah bin Umar R.A) : nabi mendengarkan seseorang menasihati saudaranya untuk malu maka bersabdalah rasulullah S.A.W : malu adalah bagian dari iman. (H.R.Bukhari dan Muslim)

Dari anas bin malik R.A ia berkata telah bersabda rasulullah s.a.w : tidaklah ketidak senonohan pada sesuatu kecuali akan membuatnya jelek dan tidaklah rasa malu pada sesuatu kecuali menjadinya indah.

Dalam musnad ahmad dengan sanad yang shahih dari Imran bin hushain ia berkata: rasulullah S.A.W bersabda: malu adalah baik seluruhnya.


Dalam ilmu tidak boleh malu :

Dalam bukhari (mua’allaqan)[2] aisyah berkata: sebaik-baiknya perempuan adalah perempuan Anshar mereka tidak pernah dihalangi rasa malu dalam memperdalam agama..
Mujahid mengatakan (dalam bukhari mu’allaqan)[3] : tidak mempelajari ilmu orang yang malu dan yang sombong.

Malu ketika mandi:

Dari abdul malik bin abi sulaiman al-‘arzami dari ‘atha dari Ya’la sesungguhya rasulullah S.A.W melihat seseorang mandi ditempat terbuka tanpa sarung (penutup) maka rasulullah naik mimbar maka ia memuji Allah kemudian rasulullah S.A.W bersabda: sesungguhnya Allah pemalu penutup mencintai malu dan menutup maka apabila seseorang diantara kamu mandi maka . (Abu Dawud dalam As-Sunan) (Hadits Shahih).

Dari Abdullah bin Dinar dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari nabi S.A.W bersabda: Iman ada 65 cabang dan malu adalah cabang dari iman.

Busyair bin ka’b (salah seorang tabi’in) berkata: tercatat dalam buku hikmah: sesungguhnya dari rasa malu itu ada rasa tenang.

Dengan masuknya bulan ramadhan ini kita tingkatkan rasa malu kita kepada Allah. Banyak mendekatkan diri kepada Allah, meninggalkan segala ketidak senonohan , makian , cercaan. Sikap malu itu dapat menghalangi orang yang memilikinya dari api nekara. Orang yang punya rasa malu ketika ia akan mengerjakan sesuatu dia akan bertanya pada dirinya apakah ini pantas ?. kita tidak ingin melihat pemandangan makan makanan tanpa udzur syar’i di tengah hari bulan ramadhan.

Semoga Allah menjadikan kita orang yang selalu mempunyai rasa malu sehingga kita dapat menjalankan bulan ramadhan ini dengan sebaik-baiknya..


[1] Uqbah bin Amr abu mas’ud. Ikut perang badar (sebagaimana dikatakan oleh Imam Al-Bukhari) juga ikut bai’ah aqabah yang ke 2. Wafat di kufah tahun 10 hijriyah.
[2] Di washalkan (di sambung sanadnya) oleh Imam Muslim dalam shahihnya dalam kitab al-haidh
حدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ الْمُهَاجِرِ قَالَ سَمِعْتُ صَفِيَّةَ تُحَدِّثُ عَنْ عَائِشَةَ.. فقالت عائشة..

[3] Di washalkan (di sambung sanadnya) oleh abu nu’aim dalam al-hilyah dari jalan
عَلِيّ بْن الْمَدِينِيّ عَنْ اِبْن عُيَيْنَةَ عَنْ مَنْصُور عَنْ مجاهد

No comments:

Post a Comment

tinggal kan comment anda disini