Wednesday, April 15, 2009

akhlak dalam Islam

Akhlak dalam Islam

1. Pengertian akhlak
Ahlak dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari khuluk خلق yaitu perilaku.
Jadi ahlak adalah perilaku manusia secara umum. Dengan ini ahlak atau perilaku itu bisa baik ataupun buruk. Kita bisa menyebut ahlak hasanah =ahlak hasanah = ahlak yang baik. Kita juga sering menyebutnya dengan ahlak karimah (ahlak yang mulia) kita mengatakan ahlak sayyi’ah= ahlak yang buruk = perilaku yang buruk.
Di dalam al-quran akhlaq disebutkan dalam bentuk mufrad (tunggal) dalam firmannya surah al-qalam (64) ayat 4:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Sungguh engkau (Muhammad S.A.W) mempunyai akhlak yang agung.
2. Pentingnya mempunyai ahlak hasanah (akhlak yang baik)
Islam adalah agama yang mengatur cara berperilaku manusia. Tanpa perilaku yang baik manusia akan sangat berpotensial dalam membuat kerusakan. Perlunya membina ahlak adalah sebagai salah satu misi nabi Muhammad S.A.W dalam haditsnya:
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
Sesunnguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keutamaan – keutamaan ahlak. Hadits shahih riwayat al-bukhari dalam al-adabul mufrad dari abu hurairah R.A.
Ahlak nabi adalah al-qur’an itu sendiri sebagaimana yang diriwayatkan aisyah R.A ketika ditanya tentang akhlak nabi S.A.W beliau menjawab: akhlak nabi adalah al-qur’an.
Ibnu katsir mengatakan: artinya nabi adalah pengaplikasian al-qur’an baik menjalan perintahnya ataupun meninggalkan larangannya, sebagai sifat dan budi pekertinya. Istiqamah pada al-qur’an dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangannya. Mempunyai akhlak yang dipuji oleh al-qur’an dan menjauhi dari segala yang Al-Qur’an cela.
Pentingnya mempunyai ahlak yang baik digambarkan dalam sya’ir ahmad syauqi:
إنما الأمم الأخلاق ما بقيت فإن همو ذهبت أخلاقهم ذهبوا
Sesungguhnya para umat manusia akan tetap ada selama akhlaknya ada, apabila akhlak mereka hilang maka binasalah ummat manusia.

Ahlak jahiliyyah sebelum islam datang:
1. Menguburkan anak hidup-hidup
2. Banyaknya perzinahan
3. Berjudi
Dan yang lainnya.
3. Pembagian akhlak hasanah/ karimah
Akhlak hasanah / karimah secara garis besar bisa dibagi menjadi dua:
Yang pertama adalah berakhlak yang baik kepada pencipta yaitu Allah S.W.T :. Yaitu dengan cara menerima segala hukum syari’at dengan ridha’ dan pasrah. Tidak merasa keberatan dengan hal-hal tersebut. Apabila Allah memerintahkan kepadanya untuk shalat , zakat , puasa dan lainnya ia akan menerimanya dengan hati yang lapang.
Yang kedua adalah berakhlak yang baik kepada sesama manusia misalnya dengan mencegah perbuatan yang melukai, wajah yang berseri-seri dan lain-lainnya.
Dari ‘Aisyah R.A. ia berkata: rasulullah S.A.W berdo’a dan berkata:
Ya Allah sebagaimana engkau telah membuat fisik-ku indah maka indahkanlah ahlakku. H.R.Ahmad.
Ya Allah aku berlindung dengan Mu dari perpecahan, kenifakan dan ahlak yang buruk.
H.R.Abu Daud dan An-Nasa’I
4. Akhlak nabi
a. Dengan istri-istrinya:
Sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya dan aku adalah yang paling baik kepada keluarganya.
Nabi adalah orang yang lembut kepada istri-istrinya dan baik kepada mereka. Beliau melembutkan panggilan aisyah dengan memanggail “wahai ‘ai-sy”. Beliau juga memanggilnya dengan “humaira” yang berarti “kemerah-merahan”. Beliau juga memanggilnya dengan nama bapaknya : wahai anak perempuannya shiddiq (abu bakar shiddiq).
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيَخِيطُ ثَوْبَهُ وَيَعْمَلُ فِي بَيْتِهِ كَمَا يَعْمَلُ أَحَدُكُمْ فِي بَيْتِهِ
Dari aisyah R.A: rasululullah S.A.W. memperbaiki sendalnya, menjahit pakaiannya dan bekerja di rumahnya seperti seseorang diantara kalian bekerja di rumahnya.
Hadits shahih riwayat Imam Ahmad.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْصِفُ نَعْلَهُ وَيَخِيطُ ثَوْبَهُ وَيَعْمَلُ فِي بَيْتِهِ كَمَا يَعْمَلُ أَحَدُكُمْ فِي بَيْتِهِ
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ وَأَنَا جَارِيَةٌ لَمْ أَحْمِلْ اللَّحْمَ وَلَمْ أَبْدُنْ فَقَالَ لِلنَّاسِ تَقَدَّمُوا فَتَقَدَّمُوا ثُمَّ قَالَ لِي تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقْتُهُ فَسَكَتَ عَنِّي حَتَّى إِذَا حَمَلْتُ اللَّحْمَ وَبَدُنْتُ وَنَسِيتُ خَرَجْتُ مَعَهُ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ فَقَالَ لِلنَّاسِ تَقَدَّمُوا فَتَقَدَّمُوا ثُمَّ قَالَ تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقَنِي فَجَعَلَ يَضْحَكُ وَهُوَ يَقُولُ هَذِهِ بِتِلْكَ
Dari ‘Aisyah beliau berkata: aku pernah keluar dengan nabi Muhammad S.A.W dari pada sebagian perjalanannya dan aku ketika itu masih kecil aku belum gemuk. Rasulullah berkata kepada sahabatnya majulah kalian kedepan mereka pun jalan kedepan. Kemudian rasulullah S.A.W berkata kepadaku: kesinilah aku akan berlomba lari denganmu maka aku berlomba lari dengannya. aku mengalahkannya. Ketika aku gemuk dan aku menjadi lupa aku keluar dengannya dalam suatu perjalanan kemudian ia berkata kepada sahabatnya majulah kedepan mereka pun maju kedepan. Kemudian rasululullah S.A.W berkata kepadaku kemarilah kita lomba lari aku pun lomba lari denganya dan beliau mengalahkanku . Rasulullah S.A.W tertawa dan mengatakan ini (ketika gemuk) dengan yang itu (ketika kurus). Artinya ingin mengatakan bahwa dulu dengan sekarang adalah berbeda kerena dahulu ‘asiyah tidak gemuk.
b. Sikap adil rasulullah S.A.W:
Rasulullah bersabda dalam satu kejadian pencurian yang dilakukan oleh seorang perempuan dari bani makhzum
Demi Allah seandainya Fatimah anak Muhammad S.A.W mencuri pasti aku akan potong tangannya.
لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
Hadits H.R.Bukhari dan Muslim dari ‘aisyah R.A.
Cara nabi Muhammad S.A.W berbicara:
Dalam musnad abu ya’la dengan sanad yang shahih dari urwah bin zubair ia berkata: seorang laki-laki duduk di halaman depan kamar aisyah ia pun berbicara. Aisyah pun berkata: seandainya saya saya tidak sedang bertasbih maka pastilah saya akan katakan kepadanya: tidaklah rasulullah S.A.W berbicara dengan cepat seperti kalian berbicara. Perkataan rasulullah S.A.W adalah jelas di fahami oleh hati.
عروة بن الزبير قال : جلس رجل بفناء حجرة عائشة فجعل يتحدث قال : فقالت عائشة : لولا أني كنت أسبح لقلت له : ما كان رسول الله يسرد الحديث كسردكم إنما كان حديث رسول الله صلى الله عليه و سلم فصلا تفهمه القلوب
Rasulullah S.A.W tidak pernah berbicara pada suatu yang tidak penting yang diisyaratakan dalam sabdanya: dari sebagian tanda baiknya islam seseorang adalah ia meninggalkan apa yang tidak penting baginya.
من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه
Hadits hasan riwayat tirmizi dari abu hurairah R.A .
c. Ahlak nabi kepada anak kecil.

حَدَّثَنَا شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ
مَا صَلَّيْتُ وَرَاءَ إِمَامٍ قَطُّ أَخَفَّ صَلَاةً وَلَا أَتَمَّ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِنْ كَانَ لَيَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فَيُخَفِّفُ مَخَافَةَ أَنْ تُفْتَنَ أُمُّهُ

Anas bin malik R.A. berkata: tidaklah aku shalat dibelakang seorang imam pun yang lebih ringan dan lebih sempurna dari rasulullah S.A.W. apabila ia mendengar tangisan anak kecil ia meringankan shalatnya khawatir ibunya terganggu (dalam shalatnya). Hadits riwayat al-bukhari dari anas bin malik R.A.

d. Akhlak nabi S.A.W kepada pembantu:
Dalam Shahih Muslim dari anas bin malik R.A ia berkata: aku membantu rasulullah S.A.W selama 10 tahun. Demi Allah beliau tidak pernah sekalipun mengatakan “ahh” kepada saya. Beliau tidak pernah mengatakan terhadap sesuatu kenapa engkau lakukan ini, sebaiknya engkau melakukan ini. Dalam riwayat lain dalam shahih muslim: dia tidak pernah mencelaku.
e. Kasih sayang nabi Muhammad S.A.W:
Dalam surah al-anbiya ayat 107: dan tidaklah kami mengutus engkau kecuali sebagai kasih sayang bagi alam semesta. وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dari abu hurairah R.A: dikatakan kepada nabi S.A.W : do’akanlah yang buruk untuk orang musyrik rasulullah S.A.W bersabda: aku tidak diutus sebagai pengutuk aku diutus sebagai penyayang. H.R.Muslim.
Dari abu Hurairah R.A. ia berkata: telah bersabda rasulullah S.A.W : ya Allah sesungguhnya aku adalah manusia, maka siapa pun yang pernah aku cela atau laknat atau saya cambuk maka jadikanlah semua itu baginya sebagai zakat (pembersih dosa) dan kasih sayang.
f. Rasulullah adalah orang yang pema’af:
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim dari anas bin Malik R.A. ia berkata: ketika kami di mesjid dengan rasulullah S.A.W ketika datang kepadanya seorang arab badui ia berdiri dan buang air kecil. Berkatalah sahabat rasulullah S.A.W: hentikan, hentikan. Rasulullah S.A.W bersabda: jangan hentikan dia. Mereka pun membiarkannya sampai ia menyelesaikan hajat-nya. Kemudian rasulullah S.A.W memanggilnya dan berkata kepadanya: sesungguhnya mesjid-mesjid ini tidaklah pantas untuk buang air kecil atau hal yang kotor. Mesjid adalah untuk zikir kepada Allah, shalat dan membaca al-qur-an (atau sebagaimana rasulullah S.A.W bersabda) ia berkata maka rasulullah S.A.W memerintahkan seseorang (untuk membersihkannya) maka ia membawa se- ember air dan menyiramkannya diatasnya.
g. Sifat rendah hatinya nabi Muhammad S.A.W:
Rasulullah S.A.W. melarang dari sifat sombong: ia bersabda: tidak masuk surga orang yang ada di dalam hatinya ada sedikit dari kesombongan.
Rasulullah S.A.W memenuhi undangan makan walaupun hanya dengan roti gandum dan minyak kering yang sudah berubah baunya. Hadits shahih riwayat. At-Tirmizi dalam asy-syamail dari anas bin malik R.A.
h. Kezuhudan nabi Muhammad S.A.W
Rasulullah kadang tidur diatas kasur. Kadang tidur diatas tikar. Kadang tidur diatas diatas kasur yang terbuat dari kulit.kadang tidur diatas tanah, kadang tidur dikasur yang terkena pasir atau baju hitam.
Dari ‘urwah dari ‘aisyah R.A. ia berkata kepada ‘Urwah wahai anak kakak perempuanku sesungguhnya kami melihat bulan sabit, kemudian bulan sabit, kemudian bulan sabit, 3 bulan sabit dalam 2 bulan dan tidak menyala di kamar-kamar nabi S.A.W sedikit api pun (tidak memasak). akupun berkata wahai bibi apa yang dengan apa kalian makan. Aisyah pun berkata: al-aswadan (dua yang hitam) yaitu korma dan air. Hanya saja rasulullah S.A.W mempunyai tetangga dari kaum anshar yang mempunyai hal-hal yang bisa bisa diberikan. Mereka memberikan sebagian dari susu-susu yang mereka punya maka kami bisa minum. H.R. bukhari dan Muslim .
i. Gurauan nabi Muhammad S.A.W:
Seorang perempuan tua meminta rasulullah S.A.W untuk mendoakannya. Ia berkata: wahai rasululullah S.A.W wahai rasulullah S.A.W do’akanlah saya agar Allah memasukkan saya surga. Kemudian rasulullah S.A.W menjawab: wahai ibunya fulan sesungguhnya surga tidak dimasukki orang tua. Perempuan tua tadi menangis. Rasulullah S.A.W bersabda: kasihlah kabar kepadanya bahwa surga tidak akan dimasukki orang tua. Sesungguhnya Allah S.W.T berfirman : sesungguhnya kami menghidupkannya kembali, maka kami menjadikannya gadis-gadis .. (al-waqi’ah 35-37)
J. Saling membantunya nabi Muhammad S.A.W:
..barang siapa yang bisa bermanfa’at (membantu) saudaranya maka bantulah.. H.R. Muslim dari jabir R.A.

Tuesday, April 7, 2009

Pandangan Hidup Muslim

Pandangan seorang muslim terhadap kehidupan:

1. Melihat kehidupan ini sebagai ladang untuk akhirat. Dunia adalah tempat menabung kebaikan sebanyak-banyaknya agar bisa dipetik hasilnya nanti pada hari kiamat.
Dalam surah 42 (Asy-Syura) ayat 20:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
Yang artinya:
“Barang siapa yang menginginkan ladang di akhirat maka kami akan tambahkan baginya untuk ladangnya dan barang siapa yang menginginkan ladang dunia maka kami akan berikan bagiannya dan dia tidak akan memiliki bagiannya di akhirat “.
2. Dunia adalah hanya kenikmatan sementara belaka. Al-Qur’an mengistilahkannya dengan kenikmatan yang menipu karena ketika seseorang yang telah mencapai kenikmatan dunia bahkan berada dipuncaknya Allah akan mengambil kenikmatan itu dengan mendatangkan ajal kepadanya. Kenikmatan itu akan habis dan tidak akan kekal.
Surah Ghafir (40) ayat 39:
يَا قَوْمِ إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ
“Wahai kaumku sesungguhnya kehidupan (dunia) ini adalah kenikmatan (sementara belaka) dan sesungguhnya hari akhir adalah tempat yang tetap (kekal)”.
3. Menghadapi hidup dengan penuh semangat dan tidak lemah ataupun malas-malasan
Karena rasulullah S.A.W berdoa :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah, malas, penakut, bakhil dan pikun. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian”. Hadits muttafaq alaih dari anas bin malik R.A.
4. Melakukan perubahan (perbaikan) dalam kehidupan :
Sebagaimana yang dikatakan oleh nabi Allah Syu’aib A.S :
..إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Dan tidaklah aku menginginkan kecuali perbaikan semampuku . dan tidaklah petunjukku kecuali dengan Allah kepada-Nya lah aku bertawakkal dan kepada-Nya lah aku kembali”.
Surah Hud ayat 88.
Allah juga berfirman dalam surah ar-ra’ad (13) ayat 11:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sampai mereka merubah dengan diri mereka sendiri dan apabila Allah menginginkan satu keburukan kepada suatu kaum maka tidak ada yang menghalanginya dan tidaklah mereka mempunyai penolong selain Allah”.
Telah benar lah orang yang mengatakan:
“Barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin maka ia adalah orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin maka dia adalah orang yang merugi dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari pada hari kemarin maka ia adalah orang yang terlaknat”.
من كان يومه خيرا من أمسه فهو رابح ومن كان يومه مثل أمسه فهو خاسر ومن كان يومه شرا من أمسه فهو ملعون
5. Tidak berputus asa:
Nabi ya’qub alaihissalam memerintahkan anak-anaknya agar mencari tahu keberadaan yusuf dan saudaranya (bunyamin) dan tidak untuk berputus asa dalam mencarinya.
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ
إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“Wahai anak-anakku pergilah dan carilah yusuf dan saudaranya (bunyamin) dan janganlah kalian putus asa dari karunia Allah sesungguhnya tidak putus asa dari karunia Allah kecuali kaum yang kafir”. Surah yusuf ayat 87.
6. Pasrah (tawakkal) setelah berusaha :
وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Surah al-maidah ayat 23: “dan kepada Allah lah kalian bertawakkal apabila kalian adalah orang-orang yang beriman”.
Dalam hadits rasulullah S.A.W :
عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ
كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
Dari Umar bin al-khattab berkata telah bersabda rasulullah S.A.W: “Seandainya kalian benar-benar bertawakkal kepada Allah maka kalian pasti akan diberikan rizki sebagai mana burung diberikan rizki pergi dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang”. Hadits shahih riwayat tirmizi, ahmad dan lainnya.
7. Positif thinking (berpikir positif) husnuzhan kepada Allah.
Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh imam ahmad dari abu hurairah R.A.: rasulullah bersabda: Allah berfirman:
“Aku bersama prasangka hamba-Ku dengan-Ku apabila ia berprasangka baik maka bagilah kebaikan, apabila ia berprasangka buruk maka baginya lah keburukan”
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى إِنْ ظَنَّ بِى خَيْراً فَلَهُ
وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ
8. Menggunakan waktu sebaik-baiknya. Allah bersumpah dengan masa dalam surah al-ashr. Tidak lah Allah bersumpah dengan sesuatu kecuali sesuatu tersebut adalah sangat penting dan perlu diperhatikan.
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
Yang artinya: 1.“Demi masa”. 2. “Sungguh manusia dalam kerugian”. 3. “Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan berwasiat dengan kebenaran dan berwasiat dengan kesabaran”.
9. Hidup harus berkarya sebagai bentuk sumbangsih kita kepada islam dan ummatnya. Apa yang telah kita telah lakukan untuk islam?. Apa yang telah kita lakukan untuk manusia?. Apakah kita telah bermanfa’at bagi agama? Apakah kita telah memberikan manfa’at kepada sesama kita?
Surat at-taubah (9) ayat 105:
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Yang artinya: “Dan berbuatlah (berkaryalah) maka Allah akan melihat perbuatan kalian , rasul-Nya dan orang-orang yang beriman kemudian kalian akan dikembalikan kepada yang mengetahui yang ghaib dan yang tampak kemudian memberitahukan kepada kalian apa yang kalian telah perbuat”.
Rasulullah S.A.W. bersabda:
خير الناس أنفعهم للناس
Yang artinya: “sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfa’at bagi manusia”.
Hadits hasan riwayat al-quhda’I dari jabir R.A.