Monday, October 29, 2012

Pembawa berhala ke kota Mekkah


Kisah Berhala di Kota Mekkah

 

Masyarakat Arab awalnya mereka mentauhidkan Allah S.W.T.. Mereka yang adalah keturunan Nabi Ismail A.S. menyembah Allah semata dan tidak menyekutukanya dengan sesuatu pun. Sehingga lahirlah seorang yang bernama Amr bin Luhayy di kota Mekkah. Ketika ia besar ia dikirim belajar ke negeri Syam (Syria) untuk memperdalam ilmu agama. Amr bin Luhayy pergi ke negeri Syam dan menyaksikan penduduk Syam menyembah berhala. Mereka mempunyai berhala yang mereka buat. Amr bin Luhayy meniru dan membuat berhala sepertinya dan ia beri nama Hubal. Kemudian ia menyembahnya sebagaimana penduduk Syam menyembah. Ketika ia pulang ke kampungnya Mekkah, ia mensosialikannya kepada penduduk Mekkah. Tanpa proses yang lama penduduk Mekkah mengikutinya dan membuat berhala Hubal ini. Mereka sangat percaya kepada Amr bin Luhayy karena dianggap tokoh agama di kota Mekkah.

Semua penduduk Mekkah mempunyai Hubal ini dan menyembahnya. Suatu hari Hubal yang di tangan Amr bin Luhayy hilang tangannya. Kemudian ia ganti dengan tangan emas. Bukan hanya menyembah Hubal, penduduk Mekkah membuat berhala-berhala lain dan memerinya nama. Lata, Uzza dan Manat, itulah nama berhala-berhala baru yang mereka sembah.

Datanglah masa dimana Ka’bah dipenuhi berhala Lata, Uzza dan manat. Setiap kali Musyrik Quraisy Thawaf di Ka’bah mereka menyembah berhala-berhala ini dan memberikan sesajian kepadanya.

Ketika penduduk Mekkah telah berubah akidahnya dan meninggalkan tauhid mereka pun menjadi masyarakat yang rusak akidahnya, kemudian akhlaknya yang disebut dengan masyarakat Jahiliyyah yaitu bodoh dalam keyakinan dan akhlak.

Pendidikan dalam perspekti Islam



PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

 

Pendidikan, menurut Al-Attas, adalah “penyemaian dan penanaman adab dalam diri seorang – ini disebut ta’dib.[1] Pendidikan secara keseluruhan terdapat dalam konotasi istilah tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.

Tarbiyah mengandung unsur pembinaan yang baik. Ta’lim mengandung unsur ilmu dan instruksi. Adapun ta’dib mengandung unsur adab yaitu perilaku.

Kata tarbiyah berasal dari kata ربّ yang artinya mengatur dan membina sesuai dengan ayat alhamdulillahi rabbil ‘alamin segala puji bagi Allah tuhan pengatur semesta alam. Dalam ayat yang lain Allah berfirman: وقل رب ارحمهما كما ربياني صغيرا dan katakanlah Tuhanku kasih sayangilah keduanya (bapak dan ibu) sebagaimana mereka telah mendidikku ketika aku kecil.

Adapun ta’lim artinya mengajarkan. Kata ini telah digunakan oleh Nabi S.A.W. dalam suatu hadits: خيركم من تعلم القرآن وعلمه  sebaik-baiknya engkau adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.

Kata ta’dib berasal dari adab. Allah telah memberikan pendidikan sebaik-baiknya kepada Nabi Muhammad S.A.W.. Rasulullah S.A.W. bersabda:

أدبني ربي  فأحسن تأديبي

Tuhanku telah mendidikku maka Ia mendidikku dengan sebaik-baiknya.

Ada satu kata lain yang berarti pendidikan yaitu tahzib. Tahzib mempunyai banyak arti: penghilangan yang jelek (expurgation), perbaikan (emendation/revition), pembetulan (correction), pelatihan (training), perintah (intruction), pendidikan (education). Namun kata ini tidak terdapat dalam Al-Qur’an.

Bisa disimpulkan pendidikan dalam Islam harus memiliki unsur-unsur dalam makna-makna istilah-istilah diatas. Pendidikan dalam Islam adalah pengajaran, instruksi, perbaikan, adab dan pembentukan karakter.

Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits dimana murid diajarkan Akidah, Ibadah, Mu’amalah, Ahlak dan ilmu-ilmu duniawi dalam bingkai Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga semua ilmu duniawi tidak akan mengalami penyimpangan.

Manusia pertama yang menerima pelajaran adalah nabi Adam A.S.. Allah telah mengajarkannya nama-nama benda, sebagaimana Allah telah abadikan kisah belajar ini dalam firman-Nya:

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".

Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (Qs;Al-Baqarah:31-33)

Para nabi yang datang setelah Adam A.S. mereka juga belajar kepada Allah S.W.T. dalam bentuk wahyu yang disampaikan kepada mereka. Rasulullah Muhammad S.A.W. juga mendapatkan pengajaran dari Allah S.W.T.. Jika seorang bertanya, nabi Muhammad S.A.W. belajar, namun mengapa nabi S.A.W. adalah orang yang ummii (tidak membaca dan menulis)?

Nabi Muhammad belajar, tapi tidak dengan jalan yang biasa orang pakai yaitu dengan membaca dan menulis. Nabi Muhammad menerima pengajaran melalui pendengaran, tidak dengan membaca dan menulis. Ada hikmah yang Allah kehendaki dari ke ummii an nabi S.A.W. ini, yaitu untuk menepis segala tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang yang tidak beriman bahwa Nabi Muhammad S.A.W. telah membuat Al-Quran dengan tangannya sendiri, sehingga tidak ada celah bagi kaum yang ragu bahwa Al-Quran adalah firman Allah sesungguhnya tanpa campur tangan nabi S.A.W.. Allah berfirman:

”Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).” (Al-Ankabut:47)

Dengan demikian jelaslah, Islam mengajarkan ummatnya agar menjadi ummat yang berpendidikan dengan unsur-unsur pendidikan yang telah dijabarkan diatas.

 

 

 



[1]Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M.Naquib Al-Attas, Bandung: Mizan 2003 hlm. 174.

Sunday, October 28, 2012

Sumpah Pemuda dan realita

Banyak orang yang merayakan sumpah pemuda. Mereka bangga ternyata sudah puluh tahunan yang lalu sumpah pemuda di deklarasikan. Namun apakah cukup dengan memperingati hari sumpah pemuda ini tanpa adanya realisasi dalam kehidupan. Realita kehidupan menunjukkan pemuda masih banyak yang tidak memanfaatkan waktu mudanya. Diantara mereka masih banyak yang tawuran, narkoba, malas-malasan. Peringatan saja tdk cukup. Perlu adanya pembinaan akidah dan akhlak bagi pemuda sehingga mempunyai arah dlm kehidupan dan bisa menggapai kesuksesan