PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Pendidikan, menurut Al-Attas, adalah “penyemaian dan penanaman adab
dalam diri seorang – ini disebut ta’dib.[1] Pendidikan
secara keseluruhan terdapat dalam konotasi istilah tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
Tarbiyah mengandung
unsur pembinaan yang baik. Ta’lim mengandung unsur ilmu dan instruksi.
Adapun ta’dib mengandung unsur adab yaitu perilaku.
Kata tarbiyah berasal dari kata ربّ
yang artinya mengatur dan membina sesuai dengan ayat alhamdulillahi rabbil
‘alamin segala puji bagi Allah tuhan pengatur semesta alam. Dalam ayat yang
lain Allah berfirman: وقل رب ارحمهما كما ربياني صغيرا
dan katakanlah Tuhanku kasih sayangilah keduanya (bapak dan ibu) sebagaimana
mereka telah mendidikku ketika aku kecil.
Adapun ta’lim artinya mengajarkan. Kata ini telah digunakan
oleh Nabi S.A.W. dalam suatu hadits: خيركم من تعلم
القرآن وعلمه sebaik-baiknya engkau
adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.
Kata ta’dib berasal dari adab. Allah telah memberikan
pendidikan sebaik-baiknya kepada Nabi Muhammad S.A.W.. Rasulullah S.A.W.
bersabda:
أدبني ربي فأحسن تأديبي
Tuhanku telah mendidikku maka Ia mendidikku dengan sebaik-baiknya.
Ada satu kata lain yang berarti pendidikan yaitu tahzib. Tahzib
mempunyai banyak arti: penghilangan yang jelek
(expurgation), perbaikan (emendation/revition), pembetulan (correction),
pelatihan (training), perintah (intruction), pendidikan (education). Namun kata
ini tidak terdapat dalam Al-Qur’an.
Bisa
disimpulkan pendidikan dalam Islam harus memiliki unsur-unsur dalam makna-makna
istilah-istilah diatas. Pendidikan dalam Islam adalah pengajaran, instruksi,
perbaikan, adab dan pembentukan karakter.
Pendidikan
Islam adalah pendidikan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits dimana murid
diajarkan Akidah, Ibadah, Mu’amalah, Ahlak dan ilmu-ilmu duniawi dalam bingkai
Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga semua ilmu duniawi tidak akan mengalami
penyimpangan.
Manusia
pertama yang menerima pelajaran adalah nabi Adam A.S.. Allah telah
mengajarkannya nama-nama benda, sebagaimana Allah telah abadikan kisah belajar
ini dalam firman-Nya:
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!"
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak
ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".
Allah berfirman: "Hai Adam,
beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah
diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Ku-katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui
rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan?" (Qs;Al-Baqarah:31-33)
Para nabi yang datang setelah Adam A.S. mereka
juga belajar kepada Allah S.W.T. dalam bentuk wahyu yang disampaikan kepada
mereka. Rasulullah Muhammad S.A.W. juga mendapatkan pengajaran dari Allah
S.W.T.. Jika seorang bertanya, nabi Muhammad S.A.W. belajar, namun mengapa nabi
S.A.W. adalah orang yang ummii (tidak membaca dan menulis)?
Nabi Muhammad belajar, tapi tidak dengan jalan yang biasa orang
pakai yaitu dengan membaca dan menulis. Nabi Muhammad menerima pengajaran
melalui pendengaran, tidak dengan membaca dan menulis. Ada hikmah yang Allah
kehendaki dari ke ummii an nabi S.A.W. ini, yaitu untuk menepis segala
tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang yang tidak beriman bahwa Nabi
Muhammad S.A.W. telah membuat Al-Quran dengan tangannya sendiri, sehingga tidak
ada celah bagi kaum yang ragu bahwa Al-Quran adalah firman Allah sesungguhnya
tanpa campur tangan nabi S.A.W.. Allah berfirman:
”Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu
Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu;
andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang
mengingkari(mu).”
(Al-Ankabut:47)
Dengan demikian jelaslah, Islam mengajarkan ummatnya agar menjadi
ummat yang berpendidikan dengan unsur-unsur pendidikan yang telah dijabarkan
diatas.
[1]Wan Mohd Nor
Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M.Naquib
Al-Attas, Bandung: Mizan 2003 hlm. 174.