Wednesday, August 20, 2008

serial penjelasan hadits al-arba'in nawawiyah 9

Hadits yang ke sembilan
Meninggalkan larangan secara keseluruhan dan menjalakan perintah sesuai dengan kemampuan
(Mesjid Al-Falah 1-9-2007)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ دَعُونِي مَا تَرَكْتُكُمْ إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِسُؤَالِهِمْ وَاخْتِلَافِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيءٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ (رواه البخاري ومسلم واللفظ للبخاري)

Artinya:

Dari Abu Hurairah R.A dari Nabi Muhammad S.A.W bersabda: Biarkanlah aku dengan apa yang aku tinggalkan (perintah) kepada kalian, sesungguhnya yang menghancurkan orang-orang sebelummu adalah (banyak) bertanyanya mereka dan berbedanya pendapat (berdebatnya) mereka dengan nabi-nabi mereka. Maka apabila aku telah melarang dari sesuatu (apapun) maka tinggalkanlah (secara keseluruhan) dan apabila aku memerintahkan sesuatu maka kerjakanlah hal itu semampumu.
(H.R.Bukhari dan Muslim dan lafazh adalah lafazh Bukhari).

Penjelasan:

1) Hadits ini adalah kaidah yang agung dalam agama Islam yang juga sebagai sabda-sabda Rasul S.A.W yang mengandung makna yang Universal.
2) Hadits ini berbicara tentang perintah Rasul S.A.W untuk meninggalkan apa yang dilarang secara keseluruhan tanpa batasan kemampuan. Dan itu adalah kaidahnya. Kecuali dalam kasus makanan yang telah Allah jelaskan rinciannya dalam surat Al-Maidah ayat 3. Allah membolehkan dari makanan tersebut apabila seseorang tidak mendapatkan makanan lain selainnya dengan syarat ia tidak berlebihan. Adapun hal-hal lain dari hal yang diharamkan maka Rasul menyuruh meninggalkannya secara keseluruhan. Orang yang meminum minuman keras tidak boleh mengatakan hal itu boleh selama ia mengkonsumsinya tidak banyak. Juga perbuatan yang Allah haramkan lainnya. Misalnya berjudi, tidak boleh seorang mengatakan judi boleh-boleh saja selama jumlahnya tidak banyak, misalnya. Jika kita perhatikan hadits ini maka teksnya mendahulukan meninggalkan perbuatan haram dari pelaksanaan taat. Ini menunjukkan bahwa seorang muslim harus bisa terbebas dari segala yang haram agar ia sampai kepada derajat ketakwa-an terlebih sebentar lagi kita akan memasuki bulan Ramadhan sebagai bulan tarbiyah (pembinaan) raga dan jiwa dalam rangka menuju takwa dan iman yang maksimal.
3) Hadits ini juga berbicara tentang perintah-perintah Rasul S.A.W yang harus, selayaknya dikerjakan dan bahwa hal itu dikerjakan semampunya. Dalam riwayat lain disebutkan sebab wurud (keluarnya) hadits ini dalam Shahih Muslim yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah beliau berkata: Berkhutbah kepada kami Rasulullah S.A.W beliau bersabda: wahai manusia Allah telah memfardhukan (mewajibkan) kepada kalian haji, maka laksanakanlah haji, seorang bertanya apakah setiap tahun ya Rasulullah?. Rasulullah pun diam sampai orang itu mengucapkannya tiga kali kemudian Rasulullah menjawab: kalau aku katakan iya maka jadilah wajib (setiap tahun) .. (dengan serupa hadits yang diatas hanya saja dalam riwayat ini didahulukan melakukan perintah dari pada meninggalkan larangan). Kisah ini juga sebagai sebab turun ayat surat Al-Maidah ayat 101: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu…[1] jadi jelaslah prinsip menjalakan perintah adalah semampunya... kalau seseorang tidak shalat dengan berdiri maka ia boleh duduk, kalau ia tidak bisa duduk maka ia berbaring... juga seseorang yang tidak bisa puasa karena uzur maka ia boleh berbuka dan menggantinya nanti... kalau ia tidak mampu menggantinya karena ia sudah lanjut sia dan tidak mampu berpuasa lagi maka ia membayar fidyah (memberi makan orang ). Orang yang tidak mampu membaca seluruh Al-Quran dalam seminggu maka ia bisa membacanya dalam waktu yang ia sanggupi... dan seterusnya..
4) Hadits ini juga menjelaskan tentang sebab kehancuran umat-umat sebelum islam (terlebih bani Israil) mereka selalu banyak bertanya terhadap nabi mereka juga berbeda pandangan tentang apa yang telah diperintahkan oleh nabi-nabi mereka seperti kisah bani Israil dalam surat Al-Baqarah ayat 67-71.. pada mulanya mereka enggan dan mengatakan apakah engkau (Musa A.S) memperolok kami (kata bani Israil) kemudian mereka bertanya detail dari sapi betina yang mereka diperintahkan untuk menyembelihnya sehingga hampir saja mereka tidak menyembelihnya. Perbedan-perbedaan pandangan mereka dengan nabi-nabi mereka menyebabkan mereka hancur, Allah timpakan mereka azab. Seperti kisah bani Israil yang diperintahkan Allah untuk sujud ketika mereka akan memasuki kota suci (Al-Quds) mereka malah menyalahi perintah itu dengan berjalan dengan bokong-bokong mereka, sehingga Alah menurunkan azab kepada mereka... lihat surat Al-Baqarah ayat 58-59. Maka kita selaku orang yang Islam hendaklah kita menta’ati perintah-perintah Rasul S.A.W tanpa banyak mempertanyakan dan bertanya-tanya apa yang telah Rasul S.A.W perintahkan karena sesungguhnya hal itu dapat menghancurkan kita Ummat islam. Terlalu banyak berdebat dan lebih mengedepankan pendapatnya padahal jelas-jelas Rasul S.A.W tidak mengatakannya. Juga jangan sampai kita melakukan hal yang belum jelas tuntunannya dari Rasul dan meninggalkan hal-hal yang jelas dan Shahih untuk dilaksanakan.
5) Dengan datangnya bulan Ramadhan ini kita mempersiapkan, menyambut (ترحيب) dengan segala persiapan. Dengan meningkatkan lagi kualitas pelaksanaan kita terhadap perintah, anjuran Al-Quran dan As-Sunnah dan kualitas meninggalkannya kita terhadap segala larangan Allah dan RasulNya...... mari kita jadikan bulan Ramadhan sebagai bulan Quran, bulan Qiyam bulan Shadaqah, Tafakkur, Tadabbur dan pengamalan Islam secara maksimal dan menyeluruh. semoga kita diberkahi dalam bulan ini dan diberikan umur untuk menjalani bulan Ramadhan dengan segala kemampuan kita yang maksimal agar kita menjadi orang-orang yang benar-benar bertakwa..amin
[1] As-Shahihul Musnad min Asbabin-Nuzul. Karya Syeikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i. Hal 102-104

No comments:

Post a Comment

tinggal kan comment anda disini